Dorongan untuk Mengangkat Karya Disabilitas
festajunina.site – Menjelang Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2025, Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Dharma Wanita Persatuan (DWP) berkomitmen untuk meningkatkan nilai dan pasar produk karya penyandang disabilitas.
Penasihat I DWP Kemensos, Fatma Saifullah Yusuf, menyampaikan tekadnya untuk membantu karya penyandang disabilitas agar tidak hanya dikenal tetapi juga memiliki nilai jual tinggi.
“Saya ingin karya mereka dilihat dengan hati, tidak lagi dipandang sebelah mata, sehingga mendapat tempat yang layak di hati masyarakat,” ujar Fatma dalam keterangan tertulis, Jumat (3/10/2025).
Audiensi dengan Precious One
Pernyataan Fatma disampaikan saat menerima audiensi dari Precious One, organisasi yang selama lebih dari 21 tahun berfokus pada pemberdayaan penyandang disabilitas melalui karya kreatif, edukasi kesadaran disabilitas, dan kepedulian lingkungan.
Fatma mengaku terkesan dengan kualitas dan estetika karya yang ditampilkan tim Precious One.
“Banyak karya yang lahir dari tangan-tangan teman disabilitas yang punya nilai estetika dan pantas dipasarkan lebih luas,” ungkapnya.
Persiapan Jelang Hari Disabilitas Internasional
Fatma mengungkapkan bahwa HDI 2025 yang akan digelar pada Desember mendatang tidak hanya berfokus pada seremoni dan pentas seni.
Acara ini juga akan menghadirkan bazar produk disabilitas yang melibatkan:
- Sentra Kemensos
- Dinas Sosial (Dinsos)
- Sekolah Luar Biasa (SLB)
- Yayasan swasta
- UMKM disabilitas dari berbagai daerah di Indonesia
“Yang ingin kami hadirkan bukan sekadar pameran, tetapi produk premium yang siap dipasarkan. Karena itu kami menggandeng desainer, perajin batik, perancang tas, sepatu, hingga pelukis untuk berkolaborasi dengan teman-teman disabilitas,” tutur Fatma.
Kolaborasi dengan Perajin Daerah
Untuk mempersiapkan produk-produk unggulan, Fatma telah menjalin jejaring dengan perajin di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Ia mencontohkan kolaborasi dalam mengolah batik ciprat karya disabilitas menjadi produk bernilai tinggi seperti tas dan sepatu.
Program ini juga mendapat dukungan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan Kota Surabaya untuk memperkuat kapasitas produksi dan pemasaran.
Galeri dan Akses Pasar Lebih Luas
Sebagai langkah strategis, DWP Kemensos telah membuka Galeri Dharma Wanita yang berfungsi sebagai etalase tetap produk disabilitas.
Untuk memperluas akses pemasaran, Fatma menyebut pihaknya akan bekerja sama dengan pusat perbelanjaan (mall), hotel, dan platform e-commerce.
“Kami ingin memastikan produk karya disabilitas bisa menjangkau pasar yang lebih luas dan berkelanjutan,” katanya.
Dukungan dari Precious One
Dalam audiensi tersebut, Founder Precious One, Ratna Sutedja, memaparkan program yang telah mereka jalankan selama dua dekade.
Organisasi ini memiliki tiga pilar utama:
- Pemberdayaan ekonomi penyandang disabilitas melalui produk kreatif.
- Edukasi kesadaran disabilitas di tengah masyarakat.
- Kepedulian terhadap lingkungan.
Ratna menuturkan, Precious One telah bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Iwan Tirta, AirAsia, McDonald’s, hingga Grand Indonesia.
“Semua produk yang kami hasilkan dibuat oleh teman-teman tuli, autisme, maupun disabilitas lainnya,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa penyandang disabilitas harus didukung agar lebih percaya diri.
“Disabilitas tidak untuk dikasihani, tetapi didukung agar mereka merasa dibutuhkan dan hasil karyanya diterima masyarakat,” tegas Ratna.
Jejaring dan Kemitraan Lintas Sektor
Fatma menyebut keterlibatan sektor swasta menjadi kunci keberlanjutan program ini.
Ia berharap kolaborasi antara pemerintah, yayasan, pelaku usaha, dan e-commerce dapat menciptakan rantai nilai yang kuat untuk produk disabilitas.
Dukungan juga datang dari berbagai pihak, termasuk pengurus DWP Kemensos, tim Rehabilitasi Sosial (Rehsos), serta Pemberdayaan Sosial (Dayasos) Kemensos yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Penutup: Harapan untuk HDI 2025
Langkah yang ditempuh Kemensos bersama DWP dan Precious One menunjukkan komitmen nyata untuk meningkatkan kesejahteraan penyandang disabilitas melalui pemberdayaan ekonomi.
Menjelang HDI 2025, upaya ini diharapkan tidak hanya menjadi agenda seremonial, tetapi juga gerakan berkelanjutan yang membantu membuka pasar, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kepercayaan diri penyandang disabilitas di Indonesia.
Fatma menegaskan, keberhasilan program ini akan menjadi warisan penting bagi pembangunan inklusif, di mana karya disabilitas diakui dan diapresiasi sebagai bagian dari kekuatan ekonomi kreatif bangsa.
Cek juga artikel paling seru di platform beritagram

