festajunina.site Transformasi digital kini merambah hampir semua aspek kehidupan, termasuk bidang politik dan penyelenggaraan pemilu. Dalam sebuah diskusi publik yang digelar di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), sejumlah narasumber menyoroti pentingnya kesiapan teknologi, integritas data, serta peran generasi muda di tengah fenomena bonus demografi yang akan mencapai puncaknya dalam beberapa tahun mendatang.
Turut hadir dalam diskusi tersebut Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Rahmat Bagja, Komisioner KPU Iffa Rosita, Anggota Komisi II DPR Mardani Ali Sera, dan Staf Ahli Bidang Sosial Ekonomi dan Budaya Kementerian Komunikasi dan Digital Raden Wijaya Kusumawardhana. Mereka membahas bagaimana digitalisasi pemilu dapat menjadi peluang besar sekaligus tantangan serius bagi demokrasi Indonesia.
Pemilu Digital dan Isu Keamanan Data
Ketua Bawaslu Rahmat Bagja menegaskan bahwa digitalisasi pemilu tidak bisa dihindari. Namun, langkah ini harus diiringi dengan penguatan sistem keamanan siber. Ia mengingatkan bahwa ancaman manipulasi data dan serangan siber terhadap sistem pemilu bisa menggoyahkan kepercayaan publik.
Menurutnya, seluruh lembaga penyelenggara pemilu perlu memiliki standar keamanan informasi yang sejalan dengan praktik global. Data pemilih, hasil rekapitulasi suara, hingga sistem perhitungan elektronik harus dilindungi secara maksimal agar tidak mudah diretas atau disalahgunakan.
“Digitalisasi pemilu memang mempercepat proses, tapi tanpa keamanan yang kuat, hasilnya justru bisa merusak kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, kolaborasi dengan lembaga keamanan siber seperti BSSN dan akademisi teknologi informasi menjadi hal penting untuk memastikan sistem digital pemilu berjalan dengan aman dan transparan.
KPU: Inovasi Digital Harus Sejalan dengan Keadilan Pemilih
Sementara itu, Komisioner KPU Iffa Rosita menjelaskan bahwa digitalisasi bukan sekadar mengganti sistem manual dengan perangkat elektronik. Tujuan utama transformasi ini adalah menciptakan efisiensi sekaligus memperkuat transparansi penyelenggaraan pemilu.
Namun, Iffa mengingatkan agar adopsi teknologi tidak menimbulkan kesenjangan baru antara masyarakat yang melek digital dan mereka yang belum memiliki akses teknologi. KPU, kata dia, berkomitmen memastikan bahwa setiap warga negara tetap memiliki hak yang sama dalam berpartisipasi di pemilu, terlepas dari kondisi geografis atau tingkat literasi digitalnya.
“Kami tidak ingin ada kelompok masyarakat yang tertinggal hanya karena mereka belum terbiasa dengan sistem digital. Prinsip utama pemilu tetap inklusif dan adil bagi semua,” jelasnya.
Untuk itu, KPU mulai menyiapkan berbagai uji coba sistem berbasis digital yang mengedepankan transparansi data, mulai dari e-rekap hingga sistem pelaporan berbasis daring.
Pandangan DPR: Bonus Demografi dan Tantangan Literasi Politik
Anggota Komisi II DPR, Mardani Ali Sera, memandang bahwa bonus demografi Indonesia bisa menjadi kekuatan besar dalam pelaksanaan pemilu digital. Namun, potensi ini baru akan maksimal jika generasi muda memiliki literasi politik dan digital yang memadai.
Ia menilai bahwa mayoritas pemilih muda sering kali aktif di media sosial, namun belum tentu memahami secara mendalam mekanisme politik dan etika demokrasi. Padahal, generasi digital inilah yang nantinya akan menjadi motor utama perubahan politik di Indonesia.
“Pemilu digital tanpa pemilih yang cerdas hanya akan menambah kerentanan terhadap disinformasi dan politik identitas,” kata Mardani.
Ia mendorong KPU dan Bawaslu untuk menggandeng universitas, komunitas kreatif, hingga influencer dalam menyebarkan edukasi politik berbasis digital agar anak muda tidak hanya menjadi penonton, tapi juga pelaku aktif dalam menjaga demokrasi.
Kemenkominfo: Pentingnya Ekosistem Digital yang Sehat
Dari sisi pemerintah, Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Digital, Raden Wijaya Kusumawardhana, menekankan perlunya membangun ekosistem digital yang aman dan sehat sebelum digitalisasi pemilu diterapkan secara penuh.
Menurutnya, kecepatan inovasi teknologi tidak boleh mengorbankan etika dan prinsip transparansi. Pemerintah tengah mengembangkan regulasi perlindungan data pribadi serta sistem audit independen terhadap platform digital yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu.
“Kalau data pemilih bocor atau disalahgunakan, dampaknya bisa sangat besar. Karena itu, sistem keamanan dan literasi digital harus berjalan bersamaan,” ujarnya.
Ia menambahkan, Kemenkominfo juga akan memperluas program literasi digital nasional untuk memperkuat kesadaran masyarakat tentang privasi, hoaks, dan keamanan data.
Kolaborasi Antarlembaga Jadi Kunci Sukses
Diskusi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa digitalisasi pemilu bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kolaborasi antarlembaga. KPU, Bawaslu, DPR, dan Kemenkominfo harus memiliki visi bersama: memastikan demokrasi tetap berjalan dengan prinsip keadilan, transparansi, dan akuntabilitas.
Selain itu, kolaborasi dengan pihak swasta dan akademisi juga diperlukan untuk mengembangkan teknologi pemilu yang aman dan efisien. Penggunaan blockchain, misalnya, dinilai dapat meningkatkan transparansi karena data yang masuk tidak bisa diubah tanpa jejak digital yang jelas.
Meski begitu, penerapan sistem semacam itu tetap harus diuji secara bertahap agar tidak menimbulkan resistensi atau kesalahan teknis di lapangan.
Penutup: Digitalisasi Harus Sejalan dengan Nilai Demokrasi
Digitalisasi pemilu bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi transformasi nilai demokrasi di era modern. Bonus demografi yang dimiliki Indonesia menjadi peluang besar jika generasi mudanya mampu memanfaatkan teknologi secara bijak.
Para pembicara sepakat bahwa demokrasi digital yang sehat hanya bisa terwujud jika semua pihak berkomitmen menjaga integritas sistem dan meningkatkan literasi masyarakat.
Pemilu yang adil tidak cukup hanya dengan teknologi canggih, tetapi juga membutuhkan kejujuran, transparansi, dan partisipasi aktif dari seluruh rakyat Indonesia.
Dengan langkah yang hati-hati namun visioner, Indonesia dapat menjadi contoh negara demokrasi digital yang tangguh dan berintegritas di tengah era disrupsi global.

Cek Juga Artikel Dari Platform infowarkop.web.id
