Momentum Hari Raya Dongkrak Aktivitas Belanja
Kinerja penjualan ritel di Provinsi Bali pada November 2025 menunjukkan tren positif, seiring momentum perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Tradisi keagamaan yang kuat di Bali kembali terbukti menjadi penggerak penting roda ekonomi daerah, khususnya pada sektor perdagangan eceran.
Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) Bali, Indeks Penjualan Riil (IPR) Bali pada November 2025 diprakirakan berada di level 121,7. Angka tersebut mencerminkan pertumbuhan tahunan sebesar 3,8 persen (year on year/yoy) dan tetap berada pada zona optimis di atas level 100. Secara bulanan, penjualan eceran juga meningkat 1,1 persen (month to month/mtm), menandakan aktivitas belanja masyarakat masih terjaga.
Barang Budaya dan Rekreasi Jadi Pendorong Utama
Peningkatan penjualan ritel pada November terutama ditopang oleh kategori Barang Budaya dan Rekreasi. Kelompok ini mencatat pertumbuhan tertinggi dibandingkan kategori lainnya, yakni sebesar 2,9 persen secara bulanan. Kategori tersebut mencakup berbagai produk yang berkaitan dengan kebutuhan upacara, tradisi, hingga mainan anak-anak.
Lonjakan ini tidak terlepas dari banyaknya pedagang mainan eceran dan perlengkapan upacara yang memanfaatkan momen Galungan dan Kuningan dengan berjualan di sekitar pura-pura. Aktivitas ini turut mendorong peningkatan permintaan di tingkat grosir, sehingga rantai distribusi perdagangan bergerak lebih aktif dibandingkan bulan sebelumnya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa konsumsi berbasis budaya dan tradisi lokal masih menjadi kekuatan utama ekonomi Bali, terutama saat hari raya keagamaan yang melibatkan partisipasi hampir seluruh lapisan masyarakat.
Sub Sektor Lain Ikut Menguat
Selain Barang Budaya dan Rekreasi, sejumlah sub sektor pembentuk IPR Bali juga mencatatkan pertumbuhan positif. Penjualan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor meningkat sebesar 2,6 persen (mtm), mencerminkan tingginya mobilitas masyarakat selama periode perayaan keagamaan.
Kategori Makanan, Minuman, dan Tembakau tumbuh 2,3 persen secara bulanan, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi rumah tangga untuk persiapan upacara dan jamuan keluarga. Sementara itu, sektor Sandang mengalami kenaikan sebesar 1,0 persen (mtm), yang mengindikasikan adanya belanja pakaian adat maupun busana baru untuk keperluan sembahyang.
Pertumbuhan juga terjadi pada kategori Barang Lainnya, yang meliputi farmasi, kosmetik, elpiji rumah tangga, serta barang kimia rumah tangga, dengan kenaikan 0,6 persen. Adapun Peralatan Informasi dan Komunikasi tumbuh 0,4 persen, menunjukkan permintaan yang relatif stabil di tengah fokus belanja masyarakat pada kebutuhan primer dan budaya.
Inflasi Terkendali, Konsumsi Tetap Kuat
Optimisme kinerja penjualan ritel Bali juga didukung oleh kondisi inflasi yang masih terkendali. Pada November 2025, inflasi tahunan Provinsi Bali tercatat sebesar 2,51 persen (yoy), masih berada dalam rentang target inflasi nasional tahun 2025 sebesar 2,5±1 persen.
Inflasi yang terjaga ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk tetap berbelanja tanpa tekanan harga yang berlebihan. Stabilitas harga menjadi faktor penting dalam menjaga daya beli, khususnya di tengah dinamika ekonomi global yang masih dibayangi ketidakpastian.
Survei Penjualan Eceran Bali sendiri merupakan survei bulanan terhadap sekitar 100 pelaku usaha ritel di Kota Denpasar dan sekitarnya. Survei ini menjadi salah satu indikator awal untuk membaca arah pertumbuhan ekonomi Bali dari sisi konsumsi rumah tangga.
Prospek Penjualan Tetap Optimis
Ke depan, prospek penjualan ritel di Bali diperkirakan tetap tumbuh positif. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP), yang menggambarkan optimisme pelaku usaha terhadap kinerja penjualan dalam jangka pendek hingga menengah.
IEP Januari 2026 tercatat sebesar 190, sementara IEP April 2026 berada di level 186. Kedua angka tersebut berada jauh di atas ambang optimis (IEP > 100), menandakan keyakinan pelaku usaha bahwa permintaan masyarakat akan tetap terjaga dalam beberapa bulan mendatang.
Optimisme ini sejalan dengan masih kuatnya sektor pariwisata Bali, serta berlanjutnya berbagai kegiatan sosial, budaya, dan keagamaan yang menjadi ciri khas daerah tersebut.
Kebijakan Moneter dan Peran TPID
Di tengah dinamika ekonomi global yang masih penuh tantangan, Bank Indonesia pada November 2025 memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga. Kebijakan ini bertujuan menjaga stabilitas ekonomi domestik sekaligus mendukung pertumbuhan konsumsi dan investasi.
Di tingkat daerah, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Provinsi Bali terus berperan aktif menjaga stabilitas harga. Berbagai operasi pasar murah digelar, khususnya pada periode Hari Raya Galungan dan Kuningan serta menjelang libur Natal dan akhir tahun.
Operasi pasar tersebut difokuskan pada komoditas pangan strategis untuk memastikan ketersediaan pasokan dan mencegah lonjakan harga yang berpotensi menggerus daya beli masyarakat.
Sinergi Jaga Ekonomi Bali Berkelanjutan
Bank Indonesia Provinsi Bali bersama TPID di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus memperkuat sinergi dalam menjaga kestabilan harga dan melindungi daya beli masyarakat. Upaya ini dinilai krusial agar pertumbuhan ekonomi Bali tetap berkelanjutan dan tidak hanya bertumpu pada satu sektor.
Kinerja IPR Bali yang tetap berada di zona optimis menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat masih menjadi penopang utama perekonomian daerah. Dengan inflasi yang terkendali, optimisme pelaku usaha yang tinggi, serta dukungan kebijakan yang konsisten, ekonomi Bali diproyeksikan tetap tumbuh positif ke depan.
Momentum budaya seperti Hari Raya Galungan dan Kuningan sekali lagi membuktikan bahwa kekuatan lokal Bali bukan hanya pada pariwisata, tetapi juga pada tradisi yang mampu menggerakkan aktivitas ekonomi secara luas dan berkelanjutan.
Baca Juga : Bulog Gelar Pangan Murah untuk 1.000 Ojol Jelang Nataru
Jangan Lewatkan Info Penting Dari : seputardigital

