festajunina.site Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) melalui generasi mudanya terus mendorong keterlibatan anak muda dalam industri sawit berkelanjutan. Dalam forum Youth Rising Conference RSPO di Kuala Lumpur, APKASINDO Muda tampil percaya diri membawa semangat baru untuk sektor perkebunan sawit Indonesia.
Head of International Relation APKASINDO, Dr. (cn) Djono A. Burhan, menegaskan bahwa masa depan industri sawit ada di tangan generasi muda. Menurutnya, regenerasi bukan hanya soal usia, tapi juga soal kemampuan beradaptasi dengan teknologi dan tantangan global.
Anak Muda Jadi Kunci Keberlanjutan
Dalam sambutannya, Djono menilai anak muda harus menguasai teknologi dan informasi agar industri sawit tetap relevan. Ia menjelaskan bahwa penerapan Good Agricultural Practices (GAP) dan digitalisasi kebun menjadi langkah penting menuju sawit yang berkelanjutan.
“Anak muda harus pandai memanfaatkan teknologi. Kita perlu menunjukkan lewat media sosial bahwa sawit bermanfaat bagi ekonomi dan kesejahteraan petani,” ujarnya.
Teknologi, lanjutnya, membantu petani memantau kebun, mengatur pupuk, dan meningkatkan produktivitas tanpa merusak lingkungan. Dengan sistem digital, pengelolaan lahan bisa lebih efisien dan terukur.
Survei Seribu Anak Petani Sawit
Djono mengungkapkan bahwa APKASINDO telah melakukan survei terhadap seribu anak petani sawit di seluruh Indonesia. Survei itu mencakup wilayah dari Sumatra hingga Papua. Hasilnya, mayoritas responden tertarik menerapkan digitalisasi dan smart farming dalam pengelolaan kebun.
Sebagian besar anak muda ingin belajar teknologi seperti drone, aplikasi panen digital, dan sistem pemasaran daring. Mereka ingin membuktikan bahwa petani sawit juga bisa modern dan berorientasi global.
“Yang kita inginkan adalah digitalisasi dan GAP. Anak muda harus menjadi agen perubahan agar industri sawit makin kuat dan berkelanjutan,” kata Djono.
Tantangan Citra Negatif Industri Sawit
Walau potensinya besar, generasi muda tetap menghadapi tantangan berat. Salah satunya adalah citra negatif sawit di dunia internasional. Industri sawit sering dituding sebagai penyebab deforestasi dan kerusakan lingkungan.
Djono menilai tantangan itu bisa diatasi dengan komunikasi yang cerdas dan terbuka. Ia mengajak petani muda memanfaatkan media sosial untuk menunjukkan praktik sawit berkelanjutan di Indonesia. “Kita harus menjelaskan kepada dunia bahwa sawit dikelola dengan tanggung jawab dan memberi manfaat besar bagi masyarakat,” jelasnya.
Transparansi, sertifikasi, dan inovasi menjadi senjata utama untuk mengubah pandangan global. Dengan pendekatan digital, data mengenai pengelolaan sawit bisa ditampilkan secara nyata dan akurat.
Kolaborasi dengan Pemerintah dan Lembaga Internasional
APKASINDO Muda juga menilai kerja sama lintas sektor penting untuk mempercepat transformasi. Dukungan pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi internasional seperti RSPO dibutuhkan agar petani muda mendapat akses pelatihan dan pembiayaan hijau.
Sekretaris Jenderal DPP APKASINDO, Dr. Rino Afrino, mengatakan bahwa regenerasi adalah kunci masa depan industri sawit. Tanpa kehadiran generasi muda, sektor ini akan kehilangan daya saing di tingkat global. Karena itu, pendidikan dan inovasi harus menjadi prioritas dalam setiap kebijakan pertanian.
Ia juga menegaskan pentingnya program pelatihan digital bagi petani muda di berbagai daerah. Dengan keterampilan baru, mereka bisa mengelola kebun lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan.
Menatap Masa Depan Sawit Indonesia
Konferensi internasional di Kuala Lumpur menjadi momentum penting bagi petani muda Indonesia. Mereka membuktikan bahwa generasi baru siap menjadi motor perubahan industri sawit.
APKASINDO Muda berkomitmen memperjuangkan akses terhadap teknologi, pembiayaan inovatif, dan kerja sama global. Semua langkah itu ditujukan untuk menciptakan industri sawit yang modern, tangguh, dan berkelanjutan.
Djono menegaskan bahwa keterlibatan anak muda akan menentukan arah masa depan industri sawit nasional. Ia percaya bahwa dengan semangat kolaborasi, industri ini bisa menjadi contoh bagi negara lain dalam mengelola komoditas strategis secara beretika.
“Kalau anak muda ikut bergerak, keberlanjutan bukan lagi wacana, tapi kenyataan,” tutup Djono dengan penuh keyakinan.
Penutup
Peran generasi muda dalam industri sawit bukan sekadar pelengkap. Mereka adalah kunci yang membuka jalan menuju transformasi besar dalam dunia perkebunan Indonesia. Melalui digitalisasi, inovasi, dan kesadaran lingkungan, petani muda siap membawa sawit Indonesia menuju era baru yang lebih hijau dan berdaya saing tinggi.

Cek Juga Artikel Dari Platform monitorberita.com
