festajunina.site Kegiatan rekreasi di alam bebas yang seharusnya menjadi momen kebersamaan berakhir duka. Enam mahasiswa dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang dilaporkan hanyut saat melakukan aktivitas tubing di Sungai Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Kegiatan tubing ini awalnya direncanakan sebagai acara santai mahasiswa untuk melepas penat setelah ujian. Namun, derasnya arus sungai yang meningkat tiba-tiba akibat hujan deras membuat situasi berubah menjadi menegangkan. Dalam hitungan menit, beberapa mahasiswa terseret arus kuat dan kehilangan kendali atas ban yang mereka tumpangi.
Menurut kesaksian warga setempat, suara teriakan minta tolong terdengar dari kejauhan. Warga bersama pemandu wisata air langsung bergerak menolong, tetapi arus deras menyulitkan evakuasi. “Kami melihat beberapa mahasiswa sudah terbawa cukup jauh sebelum bisa ditarik ke tepi,” ungkap salah satu warga.
Evakuasi Korban di Tengah Kondisi Cuaca Buruk
Tim SAR, polisi, dan relawan segera diterjunkan ke lokasi begitu menerima laporan adanya mahasiswa hanyut. Operasi pencarian berlangsung hingga malam hari dengan kondisi medan yang sulit. Sungai Singorojo dikenal memiliki aliran berkelok dan bebatuan licin yang bisa menjerat tubuh korban di dasar air.
Setelah beberapa jam pencarian, tiga mahasiswa berhasil ditemukan. Sayangnya, ketiganya dalam keadaan tidak bernyawa. Mereka terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki. Ketiga korban segera dievakuasi ke Puskesmas Singorojo untuk dilakukan identifikasi dan penanganan lebih lanjut.
Kapolsek Singorojo menyampaikan bahwa proses evakuasi tidak mudah. Arus deras dan minimnya penerangan menjadi tantangan besar bagi petugas di lapangan. “Kami terus berkoordinasi dengan Basarnas untuk pencarian korban lainnya yang belum ditemukan,” ujarnya.
Tiga mahasiswa lainnya masih dinyatakan hilang dan diduga terseret hingga ke bagian sungai yang lebih dalam.
Identitas Korban dan Proses Penyelamatan
Berdasarkan data awal dari pihak kepolisian dan kampus, keenam mahasiswa yang mengikuti kegiatan tubing berasal dari fakultas yang sama dan tergabung dalam komunitas pecinta alam kampus. Mereka melakukan kegiatan ini secara mandiri tanpa melibatkan operator profesional yang berlisensi.
Tim penyelamat menemukan beberapa perlengkapan tubing seperti ban besar, helm, dan jaket pelampung di lokasi sekitar lima ratus meter dari titik awal keberangkatan. Diduga, sebagian perlengkapan tersebut tidak terpasang dengan baik atau terlepas saat korban berusaha menyelamatkan diri.
“Masih banyak faktor yang kami dalami, termasuk apakah kegiatan ini mendapat izin resmi dan apakah ada pemandu profesional yang mendampingi,” kata petugas dari Basarnas Kendal.
Reaksi dari Kampus UIN Walisongo
Pihak UIN Walisongo Semarang menyatakan duka mendalam atas kejadian tersebut. Rektor kampus dalam keterangannya mengaku sangat terpukul dan akan segera menurunkan tim ke lokasi untuk mendampingi keluarga korban.
“Kami kehilangan mahasiswa terbaik kami. Ini tragedi yang sangat menyakitkan. Pihak kampus akan membantu proses pemulangan jenazah dan memberikan pendampingan psikologis bagi keluarga serta teman-teman korban,” ujar pihak rektorat.
Kampus juga menegaskan akan melakukan evaluasi terhadap kegiatan mahasiswa di luar kampus, terutama aktivitas berisiko tinggi seperti arung jeram atau tubing tanpa izin resmi. “Kami akan memperketat sistem izin agar kejadian seperti ini tidak terulang,” tambahnya.
Keterangan Warga dan Faktor Alam
Warga sekitar Sungai Singorojo mengungkapkan bahwa kondisi arus sungai memang bisa berubah secara drastis. Dalam cuaca cerah, sungai terlihat tenang dan cocok untuk aktivitas rekreasi. Namun, ketika hujan turun di hulu, arus dapat meningkat dalam waktu singkat.
“Banyak yang tidak menyadari kalau air dari hulu bisa datang tiba-tiba. Kadang dalam lima menit saja debit air naik dua kali lipat,” tutur warga yang sering membantu wisatawan di sekitar sungai.
Pihak kepolisian menduga faktor cuaca dan minimnya pengawasan profesional menjadi penyebab utama kecelakaan. Meski kegiatan tubing termasuk wisata populer di Kendal, banyak penyedia jasa yang belum memiliki standar keamanan yang memadai.
Tantangan Tim SAR dan Dukungan Masyarakat
Hingga malam tiba, tim SAR masih menyusuri sungai sejauh beberapa kilometer. Mereka menggunakan perahu karet, lampu sorot, dan alat penyelam untuk mencari tiga korban yang belum ditemukan. Petugas juga menempatkan posko di beberapa titik strategis di sepanjang aliran sungai.
Ratusan warga ikut membantu dengan menyediakan makanan dan logistik bagi petugas. “Kami semua berharap korban bisa ditemukan secepatnya,” ujar seorang relawan.
Tim penyelamat menyebut operasi ini akan berlanjut hingga seluruh korban ditemukan. Mereka juga mengimbau masyarakat untuk sementara waktu tidak melakukan kegiatan wisata air di area tersebut sampai kondisi dinyatakan aman.
Peringatan dan Evaluasi dari Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Dinas Pariwisata menyampaikan bahwa tragedi ini menjadi peringatan penting bagi seluruh pengelola wisata air. Pemerintah akan melakukan audit keselamatan di seluruh lokasi wisata yang melibatkan aktivitas di sungai atau danau.
“Kami akan memastikan bahwa semua kegiatan wisata alam memiliki izin resmi dan memenuhi standar keamanan nasional. Tidak boleh lagi ada kegiatan tanpa pengawasan ahli,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kendal.
Selain itu, pemerintah berencana menambah rambu peringatan di beberapa titik rawan di sepanjang Sungai Singorojo. Pihak kepolisian juga akan meningkatkan patroli dan sosialisasi kepada warga serta mahasiswa yang sering berwisata di kawasan tersebut.
Penutup
Tragedi yang menimpa enam mahasiswa UIN Walisongo di Sungai Singorojo meninggalkan duka mendalam bagi dunia pendidikan dan masyarakat luas. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa aktivitas wisata alam harus dilakukan dengan standar keselamatan tinggi dan didampingi oleh tenaga profesional.
Tiga mahasiswa telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sementara pencarian tiga lainnya masih berlangsung. Semoga seluruh korban segera ditemukan dan kejadian serupa tidak terulang kembali.
Kejadian ini menegaskan pentingnya kesadaran akan keselamatan di alam terbuka, terutama di tengah perubahan cuaca yang semakin tidak menentu di Indonesia.

Cek Juga Artikel Dari Platform hotviralnews.web.id
